LPF -40db/dec



1. Pendahuluan [kembali]

Low Pass Filter atau sering disingkat dengan LPF adalah Filter atau Penyaring yang melewatkan sinyal Frekuensi rendah dan menghambat atau memblokir sinyal Frekuensi tinggi. Dengan kata lain, LPF akan menyaring sinyal frekuensi tinggi dan meneruskan sinyal frekuensi rendah yang diinginkannya. Sinyal yang dimaksud ini dapat berupa sinyal listrik seperti sinyal audio atau sinyal perubahan tegangan. LPF yang ideal adalah LPF yang sama sekali tidak melewatkan sinyal dengan frekuensi diatas frekuensi cut-off (fc) atau tegangan OUPUT pada sinyal frekuensi diatas frekuensi cut-off sama dengan 0V. Dalam bahasa Indonesia, Low Pass Filter ini sering disebut dengan Penyaring Lolos Bawah atau Tapis Pelewat Rendah.

2. Tujuan [kembali]

·          Mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik Low Pass Filter (LPF)

·          Merangkai dan menganalisa rangkaian LPF 

·          Membuat kesimpulan hasil praktikum dan menganalisa LPF

3. Alat dan Bahan [kembali]

A) ALAT

1)  Multimeter

Alat ukur untuk mengukur besar Tegangan dalam satuan Volt

Alat ukur untuk mengukur besar Arus dalam satuan Ampere

2)  Sumber tegangan (DC atau sinyal dari function generator)

3)  Software

B) BAHAN

1)  Amplfier

2)  Resistor

3)  Op-amp

4) Kapasitor

5)  Ground

6) Proteus

7) Touch sensor

8) Sensor Sound

4. Dasar Teori [kembali]

A) Osiloskop 

adalah alat ukur elektronik yang berfungsi untuk memproyeksikan frekuensi dan sinyal listrik dalam bentuk grafik.

1)   Tombol/Sakelar dan Indikator Osiloskop

2)   Tombol Power ON/OFF                     
Tombol Power ON/OFF berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan Osiloskop

3)   Lampu Indikator         
Lampu Indikator berfungsi sebagai Indikasi Osiloskop dalam keadaan ON (lampu Hidup) atau OFF (Lampu Mati)

4)   ROTATION
Rotation pada Osiloskop berfungsi untuk mengatur posisi tampilan garis pada layar agar tetap berada pada posisi horizontal. Untuk mengatur rotation ini, biasanya harus menggunakan obeng untuk memutarnya.

5)   INTENSITY
Intensity digunakan untuk mengatur kecerahan tampilan bentuk gelombang agar mudah dilihat.

6)   FOCUS
Focus digunakan untuk mengatur penampilan bentuk gelombang sehingga tidak kabur

7)   CAL 
CAL digunakan untuk Kalibrasi tegangan peak to peak (VP-P) atau Tegangan puncak ke puncak.

8)   POSITION
Posistion digunakan untuk mengatur posisi Vertikal (masing-masing Saluran/Channel memiliki pengatur POSITION).

9)   INV (INVERT)                                 
Saat tombol INV ditekan, sinyal Input yang bersangkutan akan dibalikan.

10)   Sakelar VOLT/DIV                                 
Sakelar yang digunakan untuk memilih besarnya tegangan per sentimeter (Volt/Div) pada layar Osiloskop. Umumnya, Osiloskop memiliki dua saluran (dual channel) dengan dua Sakelar VOLT/DIV. Biasanya tersedia pilihan 0,01V/Div hingga 20V/Div.

11)   VARIABLE
Fungsi Variable pada Osiloskop adalah untuk mengatur kepekaan (sensitivitas) arah vertikal pada saluran atau Channel yang bersangkutan. Putaran Maksimum Variable adalah CAL yang berfungsi untuk melakukan kalibrasi Tegangan 1 Volt tepat pada 1cm di Layar Osiloskop.

12)   AC – DC                  
Pilihan AC digunakan untuk mengukur sinyal AC, sinyal input yang mengandung DC akan ditahan/diblokir oleh sebuah Kapasitor. Sedangkan pada pilihan posisi DC maka Input Terminal akan terhubung langsung dengan Penguat yang ada di dalam Osiloskop dan seluruh sinyal input akan ditampilkan pada layar Osiloskop.

13)   GND
Jika tombol GND diaktifkan, maka Terminal INPUT akan terbuka, Input yang bersumber dari penguatan Internal Osiloskop akan ditanahkan (Grounded).

14)   VERTICAL INPUT CH-1   
Sebagai VERTICAL INPUT untuk Saluran 1 (Channel 1)

15)   VERTICAL INPUT CH-2                 
Sebagai VERTICAL INPUT untuk Saluran 2 (Channel 2)

16)   Sakelar MODE          
Sakelar MODE pada umumnya terdiri dari 4 pilihan yaitu CH1, CH2, DUAL dan ADD.
CH1=Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 1 (Channel 1).
CH2=Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 2 (Channel 2).
DUAL = Untuk menampilkan bentuk gelombang Saluran 1 (CH1) dan Saluran 2 (CH2) secara bersamaan.                    
ADD = Untuk menjumlahkan kedua masukan saluran/saluran secara aljabar. Hasil penjumlahannya akan menjadi satu gambar bentuk gelombang pada layar.

17)   x10 MAG    
Untuk pembesaran (Magnification) frekuensi hingga 10 kali lipat.

18)   POSITION
Untuk penyetelan tampilan kiri-kanan pada layar.

19)   XY
Pada fungsi XY ini digunakan, Input Saluran 1 akan menjadi Axis X dan Input Saluran 2 akan menjadi Axis Y.

20)   Sakelar TIME/DIV  
Sakelar TIME/DIV digunakan untuk memilih skala besaran waktu dari suatu periode atau per satu kotak cm pada layar Osiloskop.

21)   Tombol CAL (TIME/DIV)  
ini berfungsi untuk kalibrasi TIME/DIV

22)   VARIABLE
Fungsi Variable pada bagian Horizontal adalah untuk mengatur kepekaan (sensitivitas) TIME/DIV.

23)   GND
GND merupakan Konektor yang dihubungkan ke Ground (Tanah).

24)   Tombol CHOP dan ALT      
CHOP adalah menggunakan potongan dari saluran 1 dan saluran 2.
ALT atau Alternate adalah menggunakan saluran 1 dan saluran 2 secara bergantian.

25)   HOLD OFF 
HOLD OFF untuk mendiamkan gambar pada layar osiloskop.

26)   LEVEL
LEVEL atau TRIGGER LEVEL digunakan untuk mengatur gambar yang diperoleh menjadi diam atau tidak bergerak.

27)   Tombol NORM dan AUTO

28)   Tombol LOCK

29)   Sakelar COUPLING                                
Menunjukan hubungan dengan sinyal searah (DC) atau bolak balik (AC).

30)   Sakelar SOURCE    
Penyesuai pemilihan sinyal.

31)   TRIGGER ALT

32)   SLOPE

33)   EXT
Trigger yang dikendalikan dari rangkaian di luar Osiloskop.

 

B) Resistor

Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit Elektronik. Boleh dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada Resistor. Tetapi banyak diantara kita yang bekerja di perusahaan perakitan Elektronik maupun yang menggunakan peralatan Elektronik tersebut tidak mengetahui cara membaca kode warna ataupun kode angka yang ada ditubuh Resistor itu sendiri.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.

Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :

TABEL WARNA RESISTOR

Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna : 

 

Cara menghitung nilai resistor 4 gelang:

1)   Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)

2)   Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2

3)   Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)

4)   Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

 

Contoh pembacaan 4 gelang warna:

 

Gelang ke 1 : Coklat = 1

Gelang ke 2 : Hitam = 0

Gelang ke 3 : Merah = 2 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 100

Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 5%

Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 100 = 1.000 Ohm atau 1Kohm dengan toleransi 5%.

Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :

 

Cara Menghitung Nilai Resistor 5 Gelang Warna:

1)   Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)

2)   Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2

3)   Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3

4)   Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)

5)   Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh pembacaan 5 gelang warna:

Gelang ke 1 : Merah = 2

Gelang ke 2 : Merah = 2

Gelang ke 3 : Hitam = 0

Gelang ke 4 : Hitam = 0 nol dibelakang angka gelang ke-3; atau kalikan  0

Gelang ke 5 : Emas = Toleransi 5%

Maka nilai Resistor tersebut adalah 220 * 1 = 220 Ohm dengan toleransi 5%.

Contoh-contoh perhitungan lainnya :
Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :

2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =

2200 – 5% = 2.090

2200 + 5% = 2.310

ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

 

C)  Op-Amp (Operational Amplifier)   

        Penguat operasional (Operational Amplifier) atau yang biasa disebut dengan op-amp, merupakan penguat elektronika yang banyak digunakan untuk membuat rangkaian detektor, komparator, penguat audio, video, pembangkit sinyal, multivibrator, filter, ADC, DAC, rangkaian penggerak dan berbagai macam rangkaian analog lainnya. Op-amp pada umumnya tersedia dalam bentuk rangkaian terpadu yang memiliki karakteristik mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan apa yang terdapat di dalamnya. Ada tiga karakteristik utama op-amp ideal, yaitu;


1)  Gain sangat besar (AOL >>). 

Penguatan open loop adalah sangat besar karena feedback-nya tidak ada atau RF = tak  terhingga. 

 

2)  Impedansi input sangat besar (Zi >>).

Impedansi input adalah sangat besar sehingga arus input ke rangkaian dalam op-amp sangat kecil sehingga tegangan input sepenuhnya dapat dikuatkan. 

 

3)  Impedansi output sangat kecil (Zo <<). 

Impedansi output adalah sangat kecil sehingga tegangan output stabil karena tahanan beban lebih besar yang diparalelkan dengan Zo <<.

     Adapun simbol op-amp adalah seperti pada gambar 1

 

Gambar 1

dimana,

V1 adalah tegangan masukan dari kaki non inverting 

V2 adalah tegangan masukan dari kaki inverting 

Vo adalah tegangan keluaran

sehingga

Adapun tegangan output maksimum yang dapat dihasilkan adalah :

dibawah tegangan sumber +-Vs = +-Vsat Tegangan output maksimum secara praktis dihasilkan sekitar 2 Volt dibawah tegangan sumber ±Vs dan disebut juga sebesar tegangan saturasi ±Vsat . Gambar 65 memperlihatkan kurva karakteristik hubungan Vi terhadap Vo untuk rangkaian op-amp dengan tegangan input dihubungkan ke kaki input non inverting (+) dan tegangan 0 Volt (di ground) ke kaki input inverting (-). Sesuai dengan nama input op-amp yaitu apabila input dimasukkan ke kaki non inverting (+) yang artinya tidak membalik maka tegangan output yang dihasilkan adalah sefasa dengan tegangan input. Seperti terlihat pada gambar 112 yaitu saat input Vi bertegangan positif maka output yang dihasilkan juga bertegangan positif dan sebaliknya


    Rangkaian inverting amplifier adalah seperti gambar 113 dimana sesuai dengan namanya yaitu dengan input dimasukkan ke kaki inverting (pembalik) sehingga output akan dibalik atau beda fasa sebesar 180 derajat. Untuk mencari turunan penguatan tegangan ACL maka rangkaian dimisalkan dahulu dengan input dc positif, seperti gambar 114. Dalam analisa rangkaian amplifier disyaratkan op-amp bekerja ideal sehingga tegangan differensial (selisih tegangan di kaki non inverting terhadap tegangan di kaki inverting) Ed = 0, artinya VA (tegangan di titik A) = 0 sehingga arus yang melewati Ri sama dengan arus yang melewati Rf karena arus yang masuk ke kaki inverting sangat kecil karena sifat op-amp dimana impendasi (Zi) inputnya sangat besar. Adapun rangkaian pengganti untuk menghitung arus I adalah seperti gambar 2.

gambar 2

Gambar 10 Rangkaian inverting amplifier dengan input dc positif

Dari rangkaian gambar 10 dengan Ed = 0 maka VA = 0 sehingga rangkaian dapat disederhanakan menjadi seperti gambar 115 untuk mencari arus

Dengan I = V / R maka dapat dicari ACL untuk gambar 115, yaitu;

Bentuk gelombang tegangan output VO adalah seperti pada gambar 116 dan karakteristik I-O seperti pada gambar 117


D ) Kapasitor


Nilai kapasitor (104J) : 10 * 10^4 pF = 10^5 pF = 100nF; toleransi 5% = ± 95nF sampai 105nF. Kapasitor adalah komponen elektronika pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara.


Cara menghitung nilai kapasitor :     
1. Masukan 2 angka pertama langsung untuk nilai kapasitor.          
2. Angka ke-3 berfungsi sebagai perpangkatan (10^n) nilai kapasitor.        
3. Satuan kapasitor dalam piko farad.           
4. Huruf terakhir menyatakan nilai toleransi dari kapasitor.             

Daftar nilai toleransi kapasitor :        
B = 0.10pF     
C = 0.25pF     
D = 0.5pF                   
E = 0.5%        
F = 1%
G = 2%          
H = 3%          
J = 5%
K = 10%                                
M = 20%        
Z = + 80% dan -20%

 

Spesifikasi


E) Transistor

Transistor adalah sebuah komponen di dalam elektronika yang diciptakan dari bahan-bahan semikonduktor dan memiliki tiga buah kaki. Masing-masing kaki disebut sebagai basis, kolektor, dan emitor.

1.   Emitor (E) memiliki fungsi untuk menghasilkan elektron atau muatan negatif.

2.  Kolektor (C) berperan sebagai saluran bagi muatan negatif untuk keluar dari dalam transistor.

3. Basis (B) berguna untuk mengatur arah gerak muatan negatif yang keluar dari transistor melalui kolektor.

Berfungsi sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung arus (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Selain itu, transistor biasanya juga dapat digunakan sebagai saklar dalam rangkaian elektronika. Jika ada arus yang cukup besar di kaki basis, transistor akan mencapai titik jenuh. Pada titik jenuh ini transistor mengalirkan arus secara maksimum dari kolektor ke emitor sehingga transistor seolah-olah short pada hubungan kolektor-emitor. Jika arus base sangat kecil maka kolektor dan emitor bagaikan saklar yang terbuka. Pada kondisi ini transistor dalam keadaan cut off sehingga tidak ada arus dari kolektor ke emitor. 


Rumus-rumus transistor:

Spesifikasi :    

1)     Bi-Polar Transistor

2)     DC Current Gain (hFE) is 800 maximum

3)     Continuous Collector current (IC) is 100mA

4)     Emitter Base Voltage (VBE) is > 0.6V

         5)     Base Current(IB) is 5mA maximum    

F) Touch sensor

Sensor sentuh Kapasitif merupakan sensor sentuh yang sangat populer pada saat ini, hal ini dikarenakan Sensor Kapasitif lebih kuat, tahan lama dan mudah digunakan serta harga yang relatif lebih murah dari sensor resistif. Ponsel-ponsel pintar saat ini telah banyak yang menggunakan teknologi ini karena juga menghasilkan respon yang lebih akurat.

Berbeda dengan Sensor Resistif yang menggunakan tekanan tertentu untuk merasakan perubahan pada permukaan layar, Sensor Kapasitif memanfaatkan sifat konduktif alami pada tubuh manusia untuk mendeteksi perubahan layar sentuhnya. Layar sentuh sensor kapasitif ini terbuat dari bahan konduktif (biasanya Indium Tin Oxide atau disingkat dengan ITO) yang dilapisi oleh kaca tipis dan hanya bisa disentuh oleh jari manusia atau stylus khusus ataupun sarung khusus yang memiliki sifat konduktif.

Pada saat jari menyentuh layar, akan terjadi perubahaan medan listrik pada layar sentuh tersebut dan kemudian di respon oleh processor untuk membaca pergerakan jari tangan tersebut. Jadi perlu diperhatikan bahwa sentuhan kita tidak akan di respon oleh layar sensor kapasitif ini apabila kita menggunakan bahan-bahan non-konduktif sebagai perantara jari tangan dan layar sentuh tersebut.

Konkesi pin

Prinsip kerja



Touch sensor kapasitif bekerja berdasarkan prinsip perubahan kapasitansi yang terjadi ketika jari manusia atau benda konduktif lainnya mendekati permukaan sensor. Pada dasarnya, sensor ini menciptakan medan listrik kecil melalui elektroda yang ada di permukaannya. Saat tidak ada benda yang menyentuh, kapasitansi sistem berada dalam kondisi stabil. Namun, ketika jari manusia menyentuh atau mendekati sensor, terjadi perubahan pada medan listrik karena tubuh manusia bersifat konduktif. Hal ini menyebabkan peningkatan kapasitansi yang kemudian dideteksi oleh rangkaian pengendali dalam sensor. Perubahan ini selanjutnya diubah menjadi sinyal digital yang menandakan adanya sentuhan. Touch sensor kapasitif banyak digunakan dalam sistem kontrol modern, termasuk sebagai tombol untuk membuka atau menutup pintu lift, karena memiliki kelebihan seperti keawetan, desain yang minimalis, serta responsif terhadap sentuhan tanpa memerlukan tekanan fisik seperti pada tombol mekanik.

Tegangan Kerja

G) Sensor Sound

Sensor Suara adalah sensor yang memiliki cara kerja merubah besaran suara menjadi besaran listrik. Pada dasarnya prinsip kerja pada alat ini hampir mirip dengan cara kerja sensor sentuh pada perangkat seperti telepon genggam, laptop, dan notebook. Sensor ini bekerja berdasarkan besar kecilnya kekuatan gelombang suara yang mengenai membran sensor yang menyebabkan bergeraknya membran sensor yang memiliki kumparan kecil dibalik membran tersebut naik dan turun. Kecepatan gerak kumparan tersebut menentukan kuat lemahnya gelombang listrik yang dihasilkannya.

Spesifikasi

·    Working voltage: DC 3.3-5V

·    Dimensions: 45 x 17 x 9 mm

·    Signal output indication

·    Single channel signal output

·    With the retaining bolt hole, convenient installation

·    Outputs low level and the signal light when there is sound.

5. Prinsip Kerja [kembali]

Rangkaian Low Pass Filter (LPF) adalah rangkaian yang dapat melewatkan frekuensi dibawah frekuensi cut-off (wc). Low Pass RC Filter dibuat menggunakan dua jenis komponen pasif, yaitu resistor dan kapasitor. Kedua komponen ini menghalangi sinyal frekuensi tinggi, sehingga tak bisa melewati filter. Sedangkan sinyal frekuensi rendah dibiarkan berlalu. 

 

Rangkaian low pass RC filter dibuat dengan menggabungkan dua rangkaian, yaitu seri dan paralel. Resistor dipasang sejajar atau seri dengan arah sinyal listrik yang masuk (input). Sedangkan kapasitor posisinya tegak lurus dengan frekuensi input atau dipasang secara paralel untuk menghalau sinyal frekuensi tinggi.

 

Kapasitor mempunyai resistansi yang akan menjadi sangat tinggi ketika dilalui oleh sinyal listrik yang frekuensinya rendah. Oleh sebab itu, sinyal tersebut diblokir dan tidak dapat melewati kapasitor dan membuat sinyal ini langsung keluar dari rangkaian begitu sudah melewati resistor.

Sebaliknya, resistansi pada kapasitor akan menjadi sangat rendah ketika ada sinyal listrik frekuensi tinggi yang masuk. Sehingga sinyal tersebut dapat melewati kapasitor dengan mudah. Hasilnya, sinyal dengan frekuensi rendah dan tinggi tidak akan melalui jalur yang sama.

6. Percobaan [kembali]

Prosedur Percobaan

·      Siapkan semua alat dan bahan

·      siapkan op-amp 741

·      Hubungkan kaki non-inverting dengan kapasitor dan resistor

·      hubungkan kaki inverting dengan resistor dan diparalelkan  dengan kapasitor

·      Hubungkan op-amp dengan Vcc

·      Hubungkan osiloskop ke V sumber dan V output

·      Jalankan simulasi

·      Amati respons frekuensi dan respons gelombang pada osiloskop


Rangkaian percobaan 



7. Download File [kembali]

Link unduh Rangkaian  [Disini]
Datasheet Op-Amp [Disini]
Datasheet Resistor [Disini]
Datasheet Osiloskop [Disini]
Datasheet Kapasitor [Disini]
Datasheet Sound Sensor [Disini]
Datasheet Touch Sensor [Disini]

Komentar